www.eco-union.org – TRIKORA; Isi, Latar Belakang, Sejarah Awal hingga Akhir. Dalam situasi seperti ini, pemerintah melakukan berbagai upaya agar Irian dari barat kembali ke Indonesia.
Dalam operasi Trikora, pemerintah telah melakukan banyak persiapan, mulai dari persiapan militer, diplomasi, kebijakan ekonomi, hingga konfrontasi skala penuh. Dari segi militer, persiapan Indonesia adalah mencari bantuan senjata asing sebelum konflik antara Indonesia dan Belanda.
Dalam hal diplomasi, persiapan Indonesia adalah menghubungi banyak negara antara lain Australia, India, Pakistan, Selandia Baru, Thailand, Jerman, Inggris, dan Prancis agar tidak memberikan dukungan kepada Belanda ketika terjadi perang antara Indonesia dan Indonesia. Belanda. .
Dari segi ekonomi, pada 27 Desember 1958, Presiden Sukarno mengesahkan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi seluruh perusahaan Belanda di Indonesia.
Baca Juga: Sekilas Tentang Sejarah Partai Nazi dan Beberapa Simpatisannya
Latar belakang TRIKORA
Ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan memiliki seluruh Hindia Belanda termasuk bagian barat Papua. Akan tetapi, pihak Belanda percaya bahwa daerah tersebut masih menjadi provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah Belanda kemudian mulai mempersiapkan Papua menjadi negara merdeka, paling lambat tahun 1970-an.
Namun, pemerintah Indonesia menentangnya, dan Papua menjadi daerah sengketa antara Indonesia dan Belanda. Beberapa pertemuan dan berbagai forum internasional telah membahas hal ini.
Pada meja bundar 1949, Belanda dan Indonesia gagal membuat keputusan tentang Papua Barat, tetapi sepakat untuk membahas keputusan itu lagi dalam waktu satu tahun.
Pada bulan Desember 1950, Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan bahwa Papua Barat memiliki hak atas kemerdekaan sesuai dengan Pasal 73e Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai wilayahnya, Belanda mengundang Indonesia untuk berpartisipasi di Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Indonesia menolak.
Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua Barat, Belanda mempercepat rencana pendidikan di Papua Barat untuk mempersiapkan kemerdekaan. Hasilnya antara lain Akademi Angkatan Laut didirikan pada tahun 1956 dan Angkatan Darat Papua pada tahun 1957. Sebagai kelanjutannya, Indonesia mendirikan Provinsi Irian Barat pada 17 Agustus 1956 dengan ibukotanya di Soazo di Pulau Tidor.Gubernur pertama Zainal Abidin Syah dilantik pada 23 September 1956.
Pada tanggal 6 Maret 1959, “New York Times” melaporkan bahwa pemerintah Belanda telah menemukan emas di dekat Laut Alafala. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur Company dan East Borneo Association of Companies menandatangani perjanjian untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, tetapi tidak menyebutkan kandungan emas atau tembaga.
Tri Komando Rakyat (Trikora)
Berbagai cara dan upaya Indonesia membebaskan Pulau Irian Barat belum menunjukkan hasil yang sebenarnya. Belanda semakin keras dan tidak mau menyerah. Padahal, Belanda belakangan menyatakan bahwa Irian Barat adalah wilayah Belanda dan bagian dari Belanda.
Irian Barat disebut Nederlans-Nieuw Gunea oleh Belanda. Dihadapkan pada kegagalan berbagai metode, Indonesia telah meningkatkan konfrontasi di segala bidang. Pada 17 Agustus 1960, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda.
Perjuangan membebaskan Irian Barat selanjutnya dipandu dengan cara militer. Menanggapi konfrontasi tersebut, pemerintah menandatangani perjanjian pembelian senjata dari luar negeri (misalnya, dengan Uni Soviet). Selain itu, Indonesia juga sedang mencari dukungan dari negara lain.
Melihat kiprah Indonesia, Belanda pun tak tinggal diam. Pada April 1961, Belanda membentuk Parlemen Papua. Panitia akan mengatur penentuan nasib sendiri bagi masyarakat Irian Barat. Selanjutnya, Belanda menunjukkan keberanian dan kekuatannya dengan mengambil langkah-langkah berikut:
- Gunakan lagu-lagu Papua dan bendera nasional untuk membentuk negeri wayang Papua.
- Mengangkut suplai bantuan dan mengangkut kapal perang ke perairan Irian, termasuk kapal Karel Doorman.
- Memperkuat tentara Belanda di provinsi Irian Barat.
Melihat kenyataan ini, perjuangan militer untuk pembebasan Irian Barat sepertinya tak terhindarkan.
Upaya pemerintah Indonesia untuk mencari solusi dalam aliansi Indonesia-Belanda dan melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa di meja perundingan tidak berhasil karena Belanda ingin terus menguasai Irian.
Setelah upaya perdamaian ini gagal, pemerintah mulai mengambil jalan konfrontasi. Pada tahun 1957, Front Nasional Pembebasan Irian Barat didirikan. Pada tahun yang sama, perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Belanda diambil alih.
Sejak penghentian hubungan diplomatik dengan Belanda pada tahun 1960, Presiden Soekarno merencanakan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961, dengan syarat pokok pembebasan Irian.
Untuk memperkuat perjuangan, Dewan Pertahanan Nasional merumuskan rencana Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang diumumkan oleh Presiden Sukarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961.
ISI TRIKORA
Dalam konteks konflik politik dengan Belanda untuk membebaskan Irian Barat, Presiden / Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia telah menginstruksikan kepada TNI bahwa tugas ini akan kami berikan setiap saat. Tanggung jawab untuk membebaskan tanah air Erian Barat, Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
Nah, karena Belanda masih berharap untuk melanjutkan penjajahan di tanah air kita Irian Barat dengan memecah belah bangsa Indonesia dan tanah air, maka kita perintahkan kepada bangsa Indonesia yang juga di wilayah Irian Barat untuk melakukan Pertempuran Tiga Komando dengan cara sebagai berikut:
- Mencegah negara boneka kolonial Belanda di Papua.
- Merah putih dibesarkan di tanah Irian Barat di Indonesia.
- Mempersiapkan mobilisasi publik untuk mempertahankan kemerdekaan dan persatuan tanah air Indonesia.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Yogyakarta, 19 Desember 1961
Presiden / Ponty APRI / Panglima
KOTI besar dibebaskan dari Irian Barat
Soekarno
Sebagai tindak lanjut dari konten Trikora, pemerintah telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut.
- Mendirikan Provinsi Irian Barat baru (Provinsi Irian Barat) dengan ibu kota Kota Baru.
- Pada 13 Januari 1962, Komando Pembebasan Irian Mandala Barat didirikan. Mayjen Suharto diangkat sebagai komandan Komando Mandala. Kantor pusatnya ada di Makassar.
Irian Barat kembali ke indonesia
- Bernegosiasi langsung dengan Belanda
- Diplomasi PBB
- Bentuk Pemerintahan Sementara
- Pemogokan dan nasionalisasi berbagai perusahaan
Hasil keputusan KMB bisa dikatakan puncak dari perjuangan antara Indonesia dan Belanda. Belanda mengabaikan hasil RTC. Karena baru pada akhir tahun 1950 Irian Barat menyerah.
Untuk mengatasi masalah Irian Barat, Indonesia mengadopsi cara-cara berikut untuk memulihkan Irian Barat.
Bernegosiasi langsung dengan Belanda
Rencana pemulihan Irian Barat melalui diplomasi bilateral antara Indonesia dan Belanda telah menjadi aturan kabinet Nasir dan rencana kabinet selanjutnya. Diplomasi langsung dengan Belanda gagal karena Belanda terus ngotot menguasai Irian Barat.
Padahal, dengan persetujuan Parlemen, Belanda secara sepihak memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan Belanda. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1952.
Diplomasi PBB
Kabinet saya, Ali Sastroamidjojo I, berhasil membawa masalah Irian Barat ke forum PBB, tetapi tidak berhasil. Kabinet Burhanuddin melanjutkan kerja kabinet yang digantikannya dan mengajukan persoalan Irian Barat ke Sidang Umum PBB.
Belanda menanggapi upaya Indonesia dan meyakinkan konferensi PBB bahwa masalah Irian Barat adalah masalah bilateral antara Indonesia dan Belanda. Pernyataan ini tentu saja tidak diterima oleh Belanda, sehingga pada masa kabinet Ali Stella Amichocho I semua perjanjian KMB dibatalkan.
Pada tahun 1956, Belanda tetap ngotot untuk menguasai Irian Barat. Oleh karena itu, Indonesia berusaha menghadapi sikap Belanda melalui bidang militer dan ekonomi.
Di bidang ekonomi, pada tanggal 7 Januari 1956 pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi yang diketuai oleh Anak Agong Gede Agung untuk merundingkan masalah keuangan dalam perekonomian Belanda di Jenewa.
Bentuk pemerintahan sementara
Perjuangan pembebasan Irian Barat juga dilakukan melalui politik dalam negeri. Pada 17 Agustus 1956, dalam rangka peringatan 11 tahun kemerdekaan Indonesia, kabinet Ali Stroagjocho membentuk Pemerintahan Sementara Irian Barat. Dalam hal ini tujuan dibentuknya pemerintahan sementara adalah untuk menyatakan Provinsi Irian Barat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Provinsi Irian Barat yang dihasilkan meliputi wilayah Irian yang masih diduduki oleh Belanda dan wilayah Tidore, Oba, Patani dan Wassil di Maluku Utara. Pusat pemerintahan Provinsi Irian Barat adalah Soasiu di Tidore Maluku. Sebagai Gubernur Sudan Zaenal Abidin Syah (Sultan Tidul). Pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 23 September 1956.
Karena berdirinya pemerintahan sementara seperti Provinsi Irian Barat, tekanan politik di Belanda semakin meningkat. Selain itu, Belanda menyadari bahwa Irian Barat merupakan wilayah kedaulatan Indonesia.
Pemogokan dan nasionalisasi berbagai perusahaan
Selain mengalami ranah politik, ia juga memprakarsai perjuangan pembebasan Irian Barat melalui bidang sosial ekonomi. Dalam perjuangan pulang ke Irian Barat melalui Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio mengatakan akan menempuh jalan lain. Arti lain dari Subandrio bukanlah senjata tetapi konfrontasi ekonomi.
Pada tanggal 18 November 1957, Gerakan Pembebasan Barat mengadakan rapat pleno di Jakarta. Usai konferensi, pada 2 Desember 1957, para pekerja yang bekerja di perusahaan Belanda melakukan pemogokan.
Sejak saat itu, serangkaian akuisisi (nasionalisasi) modal dan berbagai perusahaan Belanda telah dilakukan. Awalnya, akuisisi dilakukan secara spontan oleh masyarakat. Namun kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40. 23 Februari 1958. Beberapa perusahaan yang diakuisisi oleh Indonesia antara lain:
- a. Bank seperti Nederlance Handel Maat schappij (namanya kemudian diubah menjadi Bank Dagang Negara)
- b. mengangkut
- c. Perusahaan Philips Electric
- d. Beberapa perusahaan penanaman
Guna meningkatkan gerakan dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia, pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat pada Februari 1958.
Kenali Trikora
Operasi Trikola, juga dikenal sebagai “Tri Komandan Rakyat”, adalah konflik dua tahun yang diprakarsai oleh Indonesia untuk menggabungkan Papua Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Sukarno juga membentuk Komando Mandala, dan Mayjen Soeharto diangkat menjadi komandan. Misi komando adalah merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Operasi Trikora merupakan operasi militer terbesar yang dilakukan oleh tentara Republik Indonesia pada masa pendudukan Irian Barat.
Diplomasi yang sulit
Coba bernegosiasi dengan Belanda
Menurut aturan Meja Bundar (KMB), masalah Irian Barat ditunda setahun kemudian. Oleh karena itu, pada saat dilakukan upacara pengakuan kedaulatan, wilayah Irian Barat tidak termasuk dalam wilayah RIS.
Menurut keputusan KMB, seharusnya Belanda berusaha mengembalikan Irian ke Indonesia pada akhir tahun 1950. Namun, keputusan RTC tentang Irian Barat sepertinya tidak berjalan dengan baik.
Belanda sepertinya ingin mempertahankan Irian Barat. Oleh karena itu, Indonesia berusaha memulihkan Irian Barat melalui diplomasi dan perundingan langsung dengan Belanda.
Beberapa kabinet di era demokrasi liberal juga berencana mengembalikan Pulau Irian Barat ke pelukan Republik Indonesia. Setiap kabinet berusaha mengadakan pembicaraan dengan Belanda. Misalnya perundingan dilakukan di kabinet Nasir, Sukiman, Ali Stro Amichojo dan Burhandin Harap.
Bahkan saat rapat kabinet Burhanuddin Nerap, Menteri Luar Negeri Anak Agung dan Lens bertemu di Den Haag. Namun, negosiasi tersebut gagal kembali ke Irian Barat.
Baca Juga: Biografi Singkat Pendiri Brand Raksasa Dunia Fashion
Melalui upaya diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sejak 1953, Indonesia bekerja melalui forum PBB. Isu West Ilian selalu direkomendasikan untuk dibahas di Sidang Umum PBB setiap tahun. Hingga Desember 1957, upaya melalui United Nations Forum juga tidak berhasil. Pasalnya, dalam pemungutan suara, jumlah suara pendukung Indonesia di Sidang Umum PBB tidak mencapai 2/3.
Berjuang dengan jalan Konfrontasi
- Konfrontasi ekonomi
Dalam perjuangan pulang ke Irian Barat melalui Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1957, Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio mengatakan akan menempuh jalan lain. Arti lain dari Subandrio bukanlah senjata tetapi konfrontasi ekonomi.
Pada tanggal 18 November 1957 diadakan rapat pleno di Jakarta dan diadakan pula Gerakan Pembebasan Irian Barat. Usai konferensi, pada 2 Desember 1957, para pekerja yang bekerja di perusahaan Belanda melakukan pemogokan.
Sejak saat itu, serangkaian akuisisi (nasionalisasi) modal dan berbagai perusahaan Belanda telah dilakukan. Awalnya, akuisisi dilakukan secara spontan oleh masyarakat. Namun kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40. Pada tanggal 23 1958.
Pada 27 Desember 1958, Presiden Sukarno mengesahkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958 yang mengatur tentang nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Belanda. Perusahaan yang dinasionalisasi, seperti:
- Perusahaan penanaman
- Hans Matskapie di Belanda Bawah
- perusahaan listrik
- Perusahaan minyak
- Rumah Sakit (CBZ) menjadi RSCM
Dan kebijakan lainnya, seperti:
- Pindahkan juru lelang tembakau Indonesia ke Bremen (Jerman Barat)
- Pekerja perusahaan Belanda mogok di Indonesia
- KLM (KLM) dilarang melintasi wilayah Indonesia
- Film berbahasa Belanda dilarang
Guna meningkatkan gerakan dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia, pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat pada tahun 1958.
Konfrontasi politik
Selain konfrontasi ekonomi, pemerintah Indonesia juga terlibat dalam konfrontasi politik. Pada tahun 1956, Indonesia secara sepihak membatalkan hasil KMB, dan hasil ini dikukuhkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1956. Kemudian, untuk melegitimasi kekuasaannya atas Irian Barat, pemerintah Indonesia dan ibu kota Soasa mendirikan Provinsi Irian Barat pada 17 Agustus 1956.
Wilayahnya meliputi wilayah yang diduduki oleh Belanda serta wilayah Tidore, Oberba, Weda, Pattani dan Wassil. Gubernur pertama adalah Zainal Abidin Syah. Selain itu, Partai Persatuan Cenderawasih didirikan dengan tujuan agar dapat segera memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam RI.
Pada 4 Januari 1958, pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB). Tujuannya untuk memobilisasi massa untuk membebaskan Irian Barat. Pada 17 Agustus 1960, ketika Indonesia dan Belanda memutuskan hubungan diplomatik, ketegangan antara Indonesia dan Belanda mencapai puncaknya.
Indonesia berhubungan dengan negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Inggris, Jerman dan Perancis, sehingga jika terjadi perang antara Indonesia dan Belanda, mereka tidak akan memberikan dukungan kepada Belanda.
Pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1961, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, U Thant, meminta diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan solusi atas status Papua Barat. Bunker menyarankan agar Belanda mengembalikan Papua Barat ke Indonesia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam waktu dua tahun.
Konfrontasi militer
Sebelum konflik antara Indonesia dan Belanda, Indonesia mulai mencari bantuan senjata asing. Indonesia mencoba mencari bantuan dari Amerika Serikat, tetapi gagal. Pada akhirnya, Jenderal Nasution pergi ke Moskow, Uni Soviet pada Desember 1960, dan akhirnya mencapai kesepakatan jual beli senjata jangka panjang senilai 2,5 miliar dolar AS dengan pemerintah Soviet.
Pasca pembelian tersebut, TNI AD mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. Amerika Serikat tidak mendukung pengalihan Papua Barat ke Indonesia, karena Kantor Urusan Eropa di Washington, DC percaya bahwa hal itu akan “menggantikan kolonialisme kulit putih dan kolonialisme coklat.”
Namun pada April 1961, Robert Komer dan Mc George Bundy mulai mempersiapkan rencana untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, memberikan kesan bahwa transfer ke Indonesia adalah legal. Meski skeptis, Presiden Indonesia Kennedy akhirnya menyatakan dukungannya karena iklim Perang Dingin saat itu dan karena Indonesia akan mencari bantuan dari CPSU tanpa dukungan Amerika Serikat.
Berbagai perlengkapan militer telah dibeli oleh Indonesia, antara lain 41 helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 jet MiG-15, 49 pesawat penyergap MiG-17, dan 10 pesawat serang 19 MiG, 20 pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan fregat dan 1 kapal penjelajah kelas Sverdlov (dinamai sesuai area target tempur, yaitu KRI Irian).
Dilihat dari jenis pembom, terdapat 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 dengan misil (misil) anti kapal udara-ke-permukaan AS. .
Sementara itu, terdapat 26 pesawat angkut ringan IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat Antonov An-12B buatan Soviet, dan 10 pesawat angkut berat C-130 Hercules buatan Amerika.
Operasi militer di bawah komando Mandala
Sebagai tindak lanjut dari proyek TRIKORA, Presiden Sukarno menyelenggarakan mandala untuk memerdekakan Irian Barat. Organisasi ini didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 di bawah pimpinan Mayjen Soeharto, Komanda Mandala berkantor pusat di Ujung Pandang dan bertanggung jawab atas pembangunan Trikora.
Tugas Komando Mandala adalah sebagai berikut.
- Atur operasi militer untuk membebaskan Irian Barat.
- Gunakan semua kekuatan di Republik Indonesia untuk membebaskan Irian Barat.
Untuk melakukan tugas ini, Perintah Mandala melakukan langkah-langkah berikut:
Merencanakan, mempersiapkan dan melakukan operasi militer untuk membebaskan Irian Barat
Menurut tingkat perjuangan di bidang diplomasi dan perkembangan situasi militer di Irian Barat dalam waktu sesingkat mungkin, sebenarnya dimungkinkan untuk membentuk zona bebas atau memiliki unsur kekuasaan / pemerintahan daerah republik Indonesia.
Untuk mempersiapkan operasi militer. Panglima Mandala berjuang untuk sebagian panggung: Dari Maret hingga Agustus 1962, pasukan dan relawan ABRI mendarat dari laut dan udara, Pasukan pendaratan adalah sebagai berikut:
- Aksi banteng Fak-Fak dan Kaimana
- Operasi Srigala di Sorong dan Terminabion
- Naga Operasi Meruk
- Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana dan Merauke
Pada tahap persiapan dan infiltrasi, terjadi pertempuran pada tanggal 15 Januari 1962 di Laut Alu.Kapal harimau Indonesia yang sedang berpatroli saat itu diserang oleh Belanda. Terjadi pertempuran, tetapi Makan Tutur (RI Macan Tutul) Kapal itu tertangkap dan tenggelam terbakar.
Dalam peristiwa ini Brigjen Yus Sudarso dan Kapten Veratno tewas, gerakan infiltrasi terus berlanjut, dan pasukan mulai mendarat dan menguasai beberapa wilayah di Provinsi Irian Barat. Ini adalah relawan dan relawan. Bendera merah dan bendera putih mulai ditanam di berbagai daerah.
Sebelum Komando Mandala beroperasi, Irian Barat telah disusupi. Pada 15 Januari 1962, saat langit pukul 21.15, dua pesawat terbang di ketinggian 3.000 kaki melewati patroli ALRI. Diperkirakan pesawat tersebut tergolong jenis Belanda, Neptunus dan Firefly.
Saat itu, juga terlihat dua kapal perusak menembak dari mobile torpedo boat (MTB) didampingi seorang perwira senior angkatan laut, Komodor Yos Sudarso.
Dalam peristiwa Laut Alu, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana (Komodor) Yos Sudasso, Panglima KRI Macan Tutul, Kapten Wiratno, dan beberapa prajurit TNI-AL tewas bersama.
Sebelum kematiannya, Brigadir Jenderal Youss Sudarso mengucapkan satu kalimat terakhir: “nyalakan semangat juang.” Operasi yang direncanakan oleh Komando Mandala di Irian Barat terbagi dalam tiga tahap, sebagai berikut.
Fase infiltrasi (sampai akhir 1962)
Gabungkan 10 perusahaan dengan tujuan tertentu untuk menciptakan zona bebas de facto. Kekuatan tersebut harus mampu mengembangkan penguasaan wilayah dengan memungkinkan masyarakat Irian Barat melakukan perjuangan fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.
Fase pengembangan (dari awal 1963)
Lakukan serangan terbuka di pangkalan militer musuh dan menduduki semua benteng pertahanan musuh yang penting.
Tahap penggabungan (awal 1964)
Menjaga kekuatan Republik Indonesia seutuhnya di seluruh Irian Barat.
Selain itu, antara Maret 1962 dan Agustus 1962, Komando Mandala melakukan operasi pendaratan laut dan udara. Beberapa dari operasi ini adalah operasi Banten di Fakfa dan Kaimana. Operasi Srigala dekat Sorong dan Terminabaang, Operasi Naga di Merauke, dan Jatta di Song di aksi Sorong, Kaimana dan Merauke You (Jatayu). Selain itu, ada juga rencana untuk melakukan serangan terbuka, “Sialian” dan “Operasi Jayawi Jaya” akan diserang bersama.
Konflik bersenjata
Sukarno mendirikan Komando Mandala, dengan Mayor Jenderal Suharto sebagai panglima tertinggi. Misi Komando Mandala adalah merencanakan, mempersiapkan dan melakukan operasi militer untuk menggabungkan Papua Barat dengan Indonesia. Belanda mengirim kapal induk Hr. Rindu.
Karel Doorman pergi ke Papua bagian barat. Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi andalan pertahanan perairan barat Papua.Sampai tahun 1950, elemen pertahanan Papua Barat meliputi:
- Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda)
- Laksamana
- Kapten Marinir Luchtvaartdienst
Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, ketika kekuatan militer Belanda di Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda) dan Korps Marinir Luchtvaartdienst terus bertambah.
Selain itu, Batalyon Infantri Angkatan Darat ke-6 merupakan bagian dari Resimen Infantri Oranje Gelderland, yang terdiri dari 3 batalyon yang ditempatkan di Solang, Fakfaq, Merak, Kaimana dan Terminabaang.
Akhir dari konflik TRIKORA
Khawatir Komunis akan mengambil keuntungan dari konflik, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk bernegosiasi dengan Indonesia. Sebagai hasil dari upaya ini, Perjanjian New York dicapai pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang semula mendukung kemerdekaan Papua juga mengubah posisinya dan mendukung merger dengan Indonesia atas desakan Amerika Serikat.
Rencana bunker
Melihat tentara Indonesia, Belanda menjadi cemas dan bingung. Komunitas internasional tahu dan mulai khawatir bahwa Amerika Serikat mulai menekan Belanda untuk bernegosiasi. Ellswoth Bunker, diplomat Amerika ditunjuk sebagai mediator.
Bunker kemudian menyajikan poin-poin utama untuk penyelesaian damai masalah Irian Barat. Poin utama dari bunker yang diusulkan adalah sebagai berikut.
Belanda akan menyerahkan Pulau Irian Barat kepada Indonesia melalui badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, United Nations Interim Administration (UNTEA).
Berikan hak kepada masyarakat Irian Barat untuk memutuskan pendapat mereka tentang posisi Irian Barat.
Penerapan solusi masalah Irian Barat akan selesai dalam dua tahun
Untuk menghindari konflik aktual antara kedua pihak yang bersengketa, transisi satu tahun dilakukan di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tema ini disebut Proyek Bunker. Rencananya, Indonesia dan Belanda mencapai kesepakatan pada 15 Agustus 1962, “Perjanjian New York”.
Perjanjian New York
Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda diadakan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Dalam negosiasi, Indonesia diwakili oleh Soebandrio dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schumann. Isi dari perjanjian New York;
- Belanda akan mengalihkan kekuasaan administratif Papua Barat kepada United Nations Interim Administration (UNTEA) yang dibentuk oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kemudian UNTEA akan menyerahkan pemerintahan tersebut kepada Indonesia.
- Selama masa transisi, bendera PBB akan dikibarkan.
- Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan tunduk pada kesepakatan antara Sekjen PBB dan pemerintah terkait.
- UNTEA akan membantu polisi Papua dalam masalah keamanan. Selama masa transisi, tentara Belanda dan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Sekretaris Jenderal PBB.
- Dengan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Indonesia akan memberikan kesempatan kepada masyarakat Papua Barat melalui.
Keputusan akan diadakan sebelum akhir 1969.
Pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA mengalihkan pengelolaan Papua Barat ke Indonesia. Ibukotanya, Orlando, bernama Kota Baru. Pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan sebagai “zona karantina.” Pemerintah Indonesia membubarkan Parlemen Papua dan melarang pengibaran bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua.
Keputusan ini ditentang oleh banyak partai politik di Papua, dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) didirikan pada tahun 1965. Untuk meredam gerakan tersebut, pemerintah Indonesia dikabarkan melepaskan tembakan antara keduanya usai perundingan di New York. Karena itu, aksi “aksi” itu dibatalkan.
Untuk melaksanakan isi Perjanjian New York, Belanda secara resmi menyerahkan Irian Barat kepada UNTAET. Pada tanggal 1 Mei 1963, PBB menyerahkan Irian kepada Indonesia. Pemerintah Indonesia mengumpulkan jajak pendapat yang menunjukkan penyerahan diri.
Untuk melaksanakan isi Perjanjian New York, Belanda secara resmi menyerahkan Irian Barat kepada UNTAET. Pada tanggal 1 Mei 1963, PBB menyerahkan Irian kepada Indonesia. Pemerintah Indonesia mengumpulkan jajak pendapat yang menunjukkan penyerahan diri.
Akibatnya kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir, kemudian Irian Barat digantikan oleh Irian Jaya dan bergabung dengan Republik Indonesia.
Setelah merger
Setelah Papua Barat dan Indonesia bergabung menjadi Irian Jaya, Indonesia menduduki posisi sebagai berikut:
- Papua Barat telah menjadi bagian dari Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945, namun tetap dikuasai oleh Belanda
- Belanda berjanji untuk menyerahkan Papua Barat ke Indonesia di meja bundar
- Penggabungan Papua Barat dan Indonesia adalah tindakan mengambil kembali wilayah Indonesia yang dikuasai oleh Belanda
- Penggabungan Papua Barat dan Indonesia adalah keinginan rakyat Papua
Itu diajarkan di sekolah dan ditulis dalam buku teks sejarah nasional.
Setelah Jenderal Suharto menjabat sebagai Presiden Indonesia, Freeport Sulphur menjadi perusahaan asing pertama yang memperoleh izin pertambangan untuk jangka waktu 30 tahun sejak tahun 1981 (meskipun tambang tersebut telah beroperasi sejak tahun 1972) Kontrak tersebut dari tahun 1991 Tahun itu diperpanjang hingga 2041.
Setelah pembukaan tambang Grasberg pada tahun 1988, tambang tersebut menjadi tambang emas terbesar di dunia. Dengan bantuan Papua Merdeka, warga setempat memprotes berbagai pencemaran lingkungan dan pelanggaran HAM yang dilakukan Freeport dan pemerintah Indonesia dengan berbagai cara, termasuk ledakan pipa gas dan penculikan beberapa karyawan Freeport dari Eropa dan Indonesia pada tahun 1996. Dalam kejadian ini, 2 narapidana tewas dan sisanya dibebaskan.
Pada tahun 1980-an Indonesia memulai gerakan migrasi, dalam waktu sepuluh tahun puluhan ribu orang dari Jawa dan Sumatera pindah ke Provinsi Irian Jaya. Penentang rencana tersebut menduga bahwa Indonesia mencoba untuk menguasai Irian Jaya dengan menyerap pengaruh pemerintah pusat.
Pada tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus DUR) memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua untuk mengekang upaya separatis. Kemudian sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001, provinsi tersebut dibagi menjadi dua provinsi: Papua dan Irian Jaya Barat (sekarang Papua Barat).