Hakekat Kepribadian Seorang Muslim

www.eco-union.orgHakekat Kepribadian Seorang Muslim. Pada dasarnya kepribadian tidak terjadi secara otomatis, melainkan terbentuk melalui proses umur panjang, dan wilayah sasaran pembentukan kepribadian tersebut adalah kepribadian yang berakhlak mulia. Tingkat martabat moral berkaitan erat dengan tingkat keimanan. Karena Nabi Muhammad S.A.W bersabda: “Orang beriman yang paling sempurna adalah yang terbaik secara moral.” Alquran dan Hadis adalah dua warisan Nabi Muhammad SAW. Setiap muslim pasti selalu menyebut semua aspek kehidupan.Salah satu aspek terpenting dalam kehidupan adalah pembentukan dan perkembangan umat Islam. Kepribadian muslim yang diharapkan oleh Al-Qur’a> n dan Sunnah adalah menjadi orang yang shalih yang sikap, ucapan dan tingkah lakunya semuanya dipengaruhi oleh nilai-nilai Allah SWT. Artikel ini juga membahas beberapa hal penting lainnya terkait optimalisasi penerapan konsep Camille manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Sejarah Singkat Masuknya Islam ke Tanah Jawa

Seorang Muslim belum tentu seorang Muslim. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, tujuan dari kepribadian Muslim adalah untuk mengirimkan Rasulullah Muhammad SAW kepada umatnya, yang merupakan berkah bagi semua.

Oleh karena itu, seseorang yang mengaku sebagai Muslim harus memiliki kepribadian yang dapat memberikan rahmat dan kebahagiaan kepada siapapun dalam keadaan apapun. Ketika tawadhu ‘menjalankan ajaran agama, dia suka membantu, penyayang, tidak suka menipu / merampas hak orang lain, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain.

Masyarakat memiliki pandangan (deskripsi) yang berbeda tentang kepribadian Muslim. Faktanya tidak banyak orang yang memiliki pemahaman yang sempit, sehingga kepribadian muslim tercermin pada mereka yang hanya rajin mengamalkan Islam dari aspek ubu> diyyah, walaupun ini hanya satu aspek, banyak aspek lain yang harus melekat pada umat Islam. . Oleh karena itu, standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah harus dirumuskan sehingga dapat menjadi acuan untuk membentuk kepribadian muslim yang sempurna.

1.Hakekat kepribadian muslin

Personality berasal dari kata “person” yang artinya diri atau individu. Dalam bahasa Inggris, kata “personality” digunakan, yang berarti kumpulan kualitas fisik, mental, dan moral yang membedakan orang dari orang lain.

Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dari mental batin dan sistem fisiologis individu, yang menentukan adaptasi unik mereka terhadap lingkungan. Carl Gustav Jung (Carl Gustav Jung) mengatakan bahwa kepribadian adalah salah satu bentuk pernyataan psikologis yang ditunjukkan seseorang dalam hidupnya. 

Pada dasarnya kepribadian tidak terjadi secara otomatis, melainkan terbentuk melalui proses umur panjang. Oleh karena itu, banyak faktor yang terlibat dalam pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, baik, buruk, kuat, lemah, baik, atau tidaknya karakter seseorang berwajah atau berwajah bergantung sepenuhnya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman hidup orang tersebut.

Seluruh kepribadian hanya dapat terjadi karena pengaruh sekitar, terutama sekolahan. Tujuan pembentukan kepribadian ini adalah memiliki kepribadian moral yang tinggi. Tingkat martabat moral berkaitan erat dengan tingkat keimanan. Karena Nabi bersabda: “Orang beriman dengan keimanan paling sempurna adalah orang yang paling bermoral. Muslim disebut Muslim. Seorang Muslim adalah orang atau orang yang mengabdikan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa “wujud individu muslim” adalah pribadi yang berbakti kepada Allah, taat, taat dan ikhlas karena keyakinannya kepada dirinya. Teladan seseorang yang beriman kepada Tuhan selain taat pada perintah yang baik, juga harus membentuk kerukunan dan persatuan antar faktor seperti keimanan, Islam dan Ibsen.

Orang yang dapat menjalankan aktivitas hidup dengan baik, seperti shalat, membayar zakat, menepati janji ketika dijanjikan, dan yang sabar dalam penderitaan dan perang, disebut Muslim yang taat dan dinyatakan shalih. . Inilah model alim sebagai gambaran karakter umat Islam.Apakah model ini bisa “diwujudkan” atau “diindividualkan” pada satu orang, sehingga berbeda dengan orang lain karena antusiasmenya. Orang tersebut adalah orang dengan “karakter Muslim”.

Dalam pengertian kepribadian Islam, yang dimaksud adalah rangkaian norma perilaku manusia, baik pribadi maupun sosial, yang bersumber dari ajaran Islam dan dari Alquran dan Sunnah. Dalam hal ini, kepribadian muslim dapat dimaknai sebagai identitas dari semua ciri tingkah laku muslim seseorang, baik yang diekspresikan dalam tingkah laku eksternalnya maupun sikap internalnya. Perilaku fisik, seperti berbicara, berjalan, makan, minum, berurusan dengan orang tua, guru, teman sebaya, kerabat, dll. Pada saat yang sama, dorongan mental menghasilkan sikap seperti kesabaran, ketulusan, dan pujian. Kemudian karakteristik perilaku dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang tidak dapat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang lain yang bertentangan dengan sikap yang dianut oleh orang lain. Fitur ini hanya dapat muncul setelah pembiasaan jangka panjang. Selain itu, sebagai individu, setiap muslim memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan individu tersebut diharapkan tidak mempengaruhi perbedaan yang biasanya malah berakibat pada pembuatan hal yang berkarakter.

Kepribadian umat Islam dapat dilihat dari kepribadian individu (individu) dan kepribadian masyarakat (Uma). Kepribadian pribadi meliputi sifat sikap dan perilaku seseorang, serta kemampuan intelektualnya. Karena setiap orang memiliki unsur kepribadian, sebagai seorang muslim, seorang muslim akan menunjukkan kepribadiannya sendiri.Oleh karena itu, akan ada perbedaan kepribadian antara satu muslim dengan muslim lainnya. Secara alami, perbedaan ini dikenali. Islam berkeyakinan bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda, sehingga setiap orang wajib menjalankan perintah agama sesuai dengan tingkat kemampuannya (QS. 6: 152).

Jika individu merupakan bagian terkecil dari masyarakat, pembentukan kepribadian muslim tentunya sulit untuk dicapai. Dari perspektif ini, kita harus berjuang untuk membentuk kepribadian umat Islam, baik sebagai individu maupun sebagai Muslim, kita tidak dapat melepaskan perbedaan tersebut. Padahal, ada unsur keberagaman (heterogenitas) dan homogenitas (kesamaan). Oleh karena itu, meskipun setiap kepribadian berbeda, perbedaan tersebut perlu diintegrasikan dalam proses pengubahan menjadi umat Islam. Dasar dari wahyu adalah maksud dan tujuan.

Pembentukannya berdasarkan Alquran dan Sunnah, dan tujuan yang ingin dicapai adalah menjadi hamba Allah yang beriman (QS.51: 56) sebagai Tuhan yang harus disembah. Ibadah yang disebutkan didasarkan pada syarat untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa: yaitu Allah, dan tidak ada yang berhak disembah kecuali dia. Pencipta segala sesuatu, sembahlah dia (QS. 6: 102). Pernyataan apokaliptik ini menjadi kerangka acuan untuk membentuk kepribadian Muslim sebagai “Uma”. Pernyataan dalam referensi ini adalah bahwa setiap Muslim wajib menunjukkan ketundukan terbaik pada hakikat ibadahnya. Oleh karena itu, secara keseluruhan, umat Islam mengacu pada pembentukan sikap ketaatan dengan pengaruh yang sama, dan berharap ciri dan sikap mereka kurang lebih sama. Inilah makna kepribadian muslim:

  1. Kepribadian muslim sebagai individu 

Kepribadian individu Muslim mencerminkan karakteristik yang berbeda. Ciri-ciri tersebut didapat berdasarkan potensi bawaan. Oleh karena itu, mungkin ada (secara inheren) perbedaan kepribadian antara satu Muslim dan lainnya. Akan tetapi, berdasarkan faktor inheren mereka (baik fisik maupun mental), perbedaan tersebut terbatas pada semua potensi mereka. Dilihat dari segi fisika, seperti bentuk fisik, warna kulit dan ciri fisik lainnya. Sedangkan dalam aspek spiritual, seperti sikap psikologis, bakat, tingkat intelektual dan sikap emosional.

Di sisi lain, secara spiritual, ciri-ciri ini disatukan dalam kesatuan alam untuk melayani ciptaannya. Asal usul dibuat nya manusia seperti dilahirkan dengan jiwa yang sama dengan bahan bakunya. Dari sudut pandang ilmuwan, hal tersebut antara lain mengandung makna bahwa Tuhan telah memberikan kepada manusia berbagai potensi yang sesuai dengan karakteristiknya. Seluruh kepribadian hanya dapat dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Tujuan dari pembentukan kepribadian ini adalah memiliki kepribadian moral yang tinggi. Tingkat martabat moral berkaitan erat dengan tingkat keimanan. Karena Nabi bersabda: “Orang beriman yang paling sempurna adalah orang yang paling bermoral.

Di sini terlihat bahwa ada dua aspek penting dalam pembentukan kepribadian muslim yaitu keimanan dan akhlak. Jika keyakinan dianggap sebagai konsep psikologis, maka pikiran adalah makna dari konsep itu, dan tampaknya tercermin dalam perilaku dan sikap sehari-hari. Iman adalah aspek abstrak dari ketaatan pada hukum Tuhan, yang diwujudkan dalam moralitas yang tinggi.

Pembelajaraan akhlak untuk dapat menciptakan sikat musliman merupakan pelengkap nilai-nilai Islam. Mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam sikap dan perilaku seseorang, maka karakternya akan terekspresikan sebagai seorang Muslim. Muhammad Darraz menilai materi moral merupakan bagian dari nilai-nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, sehingga ada kecenderungan untuk mencerminkan ciri-ciri kepribadian muslim.

Pekerjaan yang dimaksud Al-Darraz dapat dilakukan dengan memberikan materi pendidikan moral berupa:

  • Pemurnian pikiran, kejujuran dan kebenaran, mengatasi keinginan
  • Bersikaplah lembut dan rendah hati saat membuat keputusan untuk menghindari prasangka
  • Stabil dan sabar
  • Jadilah contoh yang baik
  • Berbuat amal shalih, berlomba beramal, jaga dirimu (iffah)
  • tulus
  • hidup sederhana
  • Baik dalam mendengarkan dan kemudian mendengarkan (sangat baik)

Pada dasarnya pembentukan kepribadian muslim merupakan upaya untuk merubah sikap terhadap nilai-nilai Islam. Tentu saja perubahan sikap tidak akan terjadi secara spontan. Semua itu harus melalui proses yang panjang dan berkelanjutan. Dalam proses ini dijelaskan hubungan antara objek, wawasan, peristiwa atau gagasan (sikap berarti), dan perubahan sikap (sikap belajar) harus dipelajari.

Menurut Ashhar. Ada hubungan timbal balik antara individu dan lingkungan. Selain itu, jika persyaratan moral yang dipandu oleh “Alquran” dapat dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari, maka ciri-ciri dari kata “Ashkar” dapat terlihat. Dia memberikan informasi rinci tentang karakteristik berikut:

  • Gaya hidup berdasarkan asuhan Tuhan selalu ditutupi dengan ibadah yang ekstensif.
  • Selalu ikuti petunjuk Allah untuk memperoleh bashirah (pemahaman batin) dan furqan (kemampuan membedakan antara yang baik dan buruk).
  • Kekuatan untuk berbicara dengan lantang untuk melakukan hal yang benar dan selalu menyampaikan kebenaran kepada orang lain.
  • Bertekadlah untuk tetap berpegang pada keyakinan agama Anda.
  • Memiliki kemampuan pemrosesan yang tegas dan kuat.
  • Bertekun dalam kebenaran dalam segala situasi.
  • Dengan keluasan, ketenangan pikiran dan kepuasan batin, dengan sabar menerima ujian.Pahami tujuan hidup untuk menjadikannya tujuan akhir yang lebih baik di masa depan.
  • Bertobat dari semua kesalahan yang dibuat sebelumnya dan kembali ke kebenaran.

Dalam hal ini, Islam juga mengajarkan bahwa faktor genetik (keturunan) berkaitan dengan pembentukan kepribadian umat Islam. Oleh karena itu falsafah pendidikan Islam memberikan pedoman bagi pendidikan prenatal (prenatal) Konsep suami atau istri harus memperhatikan latar belakang leluhur setiap pilihan (di tempat yang sesuai), karena keturunan akan meninggalkan kesan yang mendalam pada masyarakat ( Karakter ayah) akan diteruskan ke anak).

Kemudian pada proses selanjutnya, sesuai dengan tahapan perkembangan usianya, filosofi pendidikan Islam juga menjabarkan pedoman pendidikan anak. Kalimat tauhid mulai menyebar hingga teriakan doa untuk bayi yang baru lahir. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian ilmiah psikologis bahwa bayi masih dapat dirangsang di dalam kandungan. Atas dasar ketertarikan tersebut, pekik doa ketelingan yang menggema pada bayi pada dasarnya dimaksudkan untuk mendengarkan kalimat kehidupan bayi tauhid di dunia.

Pada usia tujuh tahun, anak-anak menjadi terbiasa dengan doa dan mulai memperkuat perintah-perintah pada usia sepuluh tahun. Pendidikan moral untuk membentuk kebiasaan tentang hal-hal yang baik dan terpuji dimulai sejak dini. Pendidikan anak usia dini akan segera diintegrasikan ke dalam anak-anak. Terbukti bahwa pedoman yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dapat membangun kepribadian seorang muslim. Saya berharap dapat berlatih dan membiasakan diri dengan kehidupan sejak saya masih bayi, dan saya berharap anak-anak dapat beradaptasi dengan sikap hidup mereka sendiri untuk beradaptasi dengan kondisi kehidupan di masa depan. Setidaknya sulit beradaptasi dengan lingkungan yang bercirikan muslim tanpa mengorbankan kemampuan seseorang.

Oleh karena itu, pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya adalah pembentukan kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai moral al-Karimah. Oleh karena itu, setiap muslim didorong untuk belajar seumur hidup, dari lahir (dibesarkan dengan cara yang baik) hingga akhir hayat. Komposisi kepribadian muslim secara keseluruhan mencakup banyak aspek, yaitu:

Aspek dasarnya berasal dari landasan ideologis pencerahan.

Aspek materi (materi) dirangkum dalam materi yang membentuk akhlak Karima berupa pedoman prinsip dan bahan ajar.

Ditinjau dari segi kemasyarakatan, hal ini menitikberatkan pada hubungan baik antar makhluk, khususnya antar manusia.

Dari segi teologi, pembentukan kepribadian muslim bertujuan untuk membentuk nilai-nilai tauhid, agar bisa menjadi hamba Tuhan yang beriman.

Dari segi teologi (objektif), pembentukan kepribadian muslim memiliki tujuan yang jelas.

Dari lahir sampai mati, kepribadian Muslim tentang duratife (waktu) dibentuk.

Secara dimensi, kepribadian muslim dibentuk berdasarkan penghormatan terhadap faktor bawaan yang berbeda (perbedaan individu).

Aspek kemanusiaan, pembentukan kepribadian muslim meliputi pedoman untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan spiritual.

Pembentukan kepribadian muslim adalah bentukan kepribadian yang utuh, menyeluruh, terarah dan seimbang. Konsep ini sering digunakan sebagai alasan untuk memberikan permintaan maaf (sebagian dan membenarkan diri sendiri) karena menuduh filosofi pendidikan Islam. Pasalnya, antara lain, cakupannya yang terlalu luas dan target yang ingin dicapai terlalu jauh sehingga dinilai sulit dicapai dalam sistem pendidikan.

Baca Juga: 5 Band Rock Lawas Terbaik Sepanjang Masa

2.Kepribadian islam sebagai ummah

Pembentukan kepribadian muslim individu merupakan pembentukan kepribadian, yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan faktor-faktor dasar (bawaan) dan pengajaran (lingkungan) yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Unsur dasar kemampuan untuk berkembang dan berkembang dengan mengikuti norma Islam dan pembiasaan berpikir, berperilaku dan berperilaku. Faktor pengajaran dibentuk dengan mempengaruhi proses dan usaha individu Kondisi dan upaya tersebut membentuk kondisi yang mencerminkan pola hidup yang sesuai dengan norma Islam, seperti contoh, teladan, sugesti, sugesti, ganjaran, kebiasaan, hukuman, dan harmoni. lingkungan.

Komunitas Muslim ini (kelompok seakidah) disebut ummah. Individu adalah elemen kehidupan komunitas. Oleh karena itu, diharapkan dengan terbentuknya pandangan hidup yang kompak bagi setiap individu dan keluarga diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat, negara serta sikap dan konsep hidup di Uma. Pedoman untuk mencapai pembentukan hubungan ini secara garis besar meliputi tiga jenis usaha, yaitu: (1) menginspirasi untuk berbuat baik; (2) mencegah kejahatan; (3) percaya kepada Tuhan. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut perlu dilakukan upaya-upaya secara bertahap sesuai dengan lingkungan dan ruang lingkup masing-masing untuk membentuk kepribadian muslim.

Abdullah al-Daraz membagi kegiatan formasi menjadi empat tahap, diantaranya:

A.Tetapkan nilai-nilai Islam dalam keluarga

Bentuk penerapannya adalah pendidikan moral dalam lingkungan keluarga. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

Berikan bimbingan untuk menjadi orang tua yang baik

Jaga anak-anak dengan cinta

Berikan bimbingan anak yang etis kepada anggota keluarga.

Kembangkan kebiasaan menghargai aturan rumah.

Kembangkan kebiasaan menunaikan kewajiban saudara kandung, seperti peraturan tentang masalah waris.

Ini penting untuk membentuk nilai-nilai Islam dalam keluarga. Pertama, keluarga paling mungkin membentuk nilai-nilai dasar, karena lingkungan sosial adalah lingkungan yang pertama kali dikenali anak. Kedua, Keluraga berperan penting dalam pembentukan masyarakat. Keluarga adalah organisasi sosial terkecil, tetapi itu mempengaruhi masa depan masyarakat.

B.Bangun nilai-nilai dalam hubungan sosial

Kegiatan hubungan sosial meliputi penerapan nilai-nilai moral dalam interaksi sosial. Langkah-langkah implementasi meliputi:

Latih diri Anda untuk tidak melakukan hal-hal yang keji dan keji

Perkuat kemitraan dengan menghindari tindakan yang dapat merusak hubungan sosial.

Mempromosikan tindakan terpuji dan membawa manfaat dalam kehidupan sosial, seperti memaafkan kesalahan, menepati janji, meningkatkan hubungan dan kepercayaan antar manusia.

Menjaga hubungan yang tertib, seperti bersikap sopan, meminta izin saat memasuki rumah, mengatakan hal-hal yang baik, serta memberi dan membalas salam.

C.Membentuk nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa.

Upaya pembentukan nilai-nilai Islam dalam konteks ini adalah:

Kepala negara menerapkan prinsip musyawarah, keadilan, kejujuran dan tanggung jawab.

Masyarakat muslim harus mentaati aturan dan menghindari tindakan yang merugikan keharmonisan kehidupan berbangsa.

D.Menetapkan nilai-nilai Islam dalam hubungan dengan Tuhan

Baik itu individu maupun komunitas, umat Islam dituntut untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Nilai-nilai Islam yang digunakan untuk membangun hubungan ini antara lain:

Selalu beriman kepada Allah. percayalah padanya

Alhamdulillah atas semua nikmatnya dan jangan putus asa berharap rahmat kepada-Nya.

Berdoa untuk Allah, sucikan dirimu, muliakan dia, dan ingat dia selamanya

Semua perubahan tergantung pada niatnya.

Realisasi hubungan yang baik dengan Allah adalah cinta kepada Allah. Orgasme memenuhi dia dan utusannya dengan cinta. Diharapkan dengan mengedepankan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW di atas segalanya, diharapkan kepribadian muslim baik sebagai individu maupun sebagai ummat akan melahirkan sikap yang mengedepankan kepentingan menjalankan perintah penciptanya di atas. Minat Lain.

Pembentukan kepribadian muslim pada hakikatnya adalah perkembangan individu, keluarga, komunitas, dan ummat, menuju tujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah menjadi individu (individu) dan diri dalam komunitas (ummah), menjadi hamba Tuhan yang beriman. Pada level ini terlihat bahwa filosofi pendidikan Islam adalah dasar (sejalan dengan fitrah), universal (umum), dan terarah, berdasarkan konsep yang jelas dan benar.

3.Kepribadian muslim sebagai khalifah

Allah sang pencipta mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa dia dapat membuat manusia menjadi sama. Dalam hal ini, fakta membuktikan bahwa Alquran memberikan jalan untuk memajukan persatuan umat manusia dari berbagai ras, kebangsaan, dan latar belakang etnis. Dengan mengacu pada definisi tersebut, maka pengertian ukhuwah setidaknya mencakup empat aspek, yaitu:

Ukhuwah fi al-ubudiyyat memiliki arti persamaan dalam proses penciptaan dan ketaatan kepada Allah sebagai pencipta. Persamaan tersebut termasuk persamaan antara para sahabat yang telah Allah ciptakan (QS. 6; 38)

Ukhuwah fi al-insaniyyat mengacu pada konsep bahwa manusia memiliki asal usul yang sama (QS. 49:13)

Ukhuwah fi al-wathaniyyat wa al nasab, yang meletakkan dasar bagi kesetaraan dalam hubungan suku dan keturunan (Surat 4: 22-23).

Ukhuwah fi din al-Islam mengacu pada keyakinan universal (agama) yang dianut, yaitu Islam.

Yayasan ini memperlakukan Muslim sebagai saudara karena mereka memiliki prinsip yang sama. Merujuk pada tema di atas, tampaknya kekhalifahan manusia bukan hanya sekedar kedudukan biasa. Dalam posisi ini, manusia harus bertanggung jawab atas ciptaan Tuhan dan kehidupan di dunia. Oleh karena itu, manusia dapat memenuhi perintah Tuhan berupa ciptaan berdasarkan norma ketuhanan.

Sebagai seorang khalifah, manusia harus memiliki welas asih, dan inilah identitas mereka. Sifat welas asih mencerminkan kecenderungan manusia untuk meniru Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sama seperti khalifah, manusia diberi macaw yang mengatur kehidupan di bumi, dan manusia tidak bisa lepas dari keterikatannya pada sang pencipta. Dalam hal ini, manusia harus bersyukur atas kelangsungan hidup dan lingkungannya.

Kepribadian khalifah terbagi menjadi empat aspek yang saling terkait, yaitu: (1) menaati tugas yang diberikan Tuhan, (2) menerima tugas dan melaksanakannya dalam kehidupan individu dan kelompok, dan (3) memelihara dan mengelola lingkungan untuk Saling bermanfaat, (4) Menganggap tanggung jawab kekhalifahan sebagai kriteria pelaksanaannya.

Gambaran tentang kepribadian muslim dirangkum sebagai gambaran seseorang yang aktivitasnya selalu atas nama Allah dan menikmati Allah. Pemahaman dan keterikatan pada nilai-nilai sakral inilah yang menjadi acuan dasar setiap aktivitas yang dilakukannya.